A. Sinyal Analog dan Sinyal Digital
1. Sinyal Analog
Representasi
analog suatu kuantitas direpresentasikan dengan kuantitas lain yang
nilainya berbanding lurus
dengan kuantitas pertama
tersebut.
Contoh
:
1. speedometer mobil,
dimana simpangan jarum
sebanding dengan kecepatan mobil.
Posisi sudut dari
jarum menunjukkan besarnya
kecepatan mobil, dan jarum
tersebut mengikuti setiap
perubahan yang terjadi
pada saat kecepatan mobil naik
atau turun.
2. thermostat ruang,
dimana melengkungnya batang
bimetal sebanding dengan temperatur ruang. Pada saat temperatur berubah
secara bertingkat, lengkungan batang berubah sebanding dengan perubahan
temperatur.
Gambar
1. Grafik sinyal analog
2. Sinyal Digital
Representasi digital,
kuantitas-kuantitas tidak dinyatakan
dengan kuantitas-kuantitas
sebanding tetapi dengan symbol-simbol yang disebut digit.
Contoh :
·
Jam digital, yang menunjukkan waktu dalam
bentuk digit-digit desimal menyatakan
jam-menit-dan detik. waktu berubah
secara kontinyu, tetapi yang
terbaca dalam jam
digital tidak berubah
secara kontinyu, namun berubah
satu step demi satu step per detik. Bandingkan dengan representasi
analog dari waktu yang ditunjukkan
oleh jarum jam,
dimana pembacaan skala
berubah secara kontinyu.
Gambar
2. Grafik sinyal digital
B. Analog to Digital Converter (ADC)
Sebuah ADC (Analog to Digital Converter) berfungsi untuk
mengkodekan tegangan sinyal analog waktu kontinu ke bentuk sederetan bit
digital waktu diskrit sehingga sinyal tersebut dapat diolah oleh komputer.
Proses konversi tersebut dapat digambarkan sebagai proses 3 langkah.
Gambar 3. Proses konversi sinyal Analog menjadi Digital
1.
Sampling (pencuplikan)
Merupakan konversi suatu sinyal analog
waktu-kontinu, xa(t), menjadi sinyal waktu-diskrit bernilai kontinu,
x(n), yang diperoleh dengan mengambil “cuplikan” sinyal waktu kontinu pada saat
waktu diskrit. Secara matematis dapat ditulis :
x(n) = xa(nT)
Dimana :
T = interval pencuplikan (detik)
n = bilangan bulat, -∞ < n < ∞
2.
Quantizing (kuantisasi)
Merupakan konversi
sinyal waktu-diskrit bernilai-kontinu, x(n), menjadi sinyal waktu-diskrit
bernilai-diskrit, x q (n). Nilai setiap waktu kontinu dikuantisasi atau dinilai
dengan tegangan pembanding yang terdekat. Selisih antara cuplikan x(n) dan
sinyal terkuantisasi xq(n) dinamakan error kuantisasi. Tegangan sinyal input
pada skala penuh
dibagi menjadi 2 N tingkatan. Dimana N merupakan resolusi bit ADC (jumlah kedudukan tegangan pembanding yang ada). Untuk N = 3 bit, maka daerah tegangan input pada skala penuh akan dibagi menjadi : 2 N = 2 3 = 8 tingkatan (level tegangan pembanding) .
dibagi menjadi 2 N tingkatan. Dimana N merupakan resolusi bit ADC (jumlah kedudukan tegangan pembanding yang ada). Untuk N = 3 bit, maka daerah tegangan input pada skala penuh akan dibagi menjadi : 2 N = 2 3 = 8 tingkatan (level tegangan pembanding) .
3.
Coding (pengkodean)
Setiap level tegangan pembanding diko an
dekan ke dalam barisan bit biner. Untuk N = 3 bit, maka level tegangan
pembanding = 8 tingkatan. Kedelapan tingkatan tersebut dikodekan sebagai
bit-bit 000, 001, 010, 011, 100, 101, 110, dan 111.
C. Digital To Analog
Converter (DAC)
DAC (Digital To Analog Converter) adalah perangkat
elektronika yang berfungsi untuk mengubah sinyal digital (diskrit) menjadi
sinyal analog (kontinyu). Aplikasi DAC (Digital To Analog Converter) adalah sebagai
antarmuka (interface) antara
perangkat yang bekerja dengan sistem digital dan perangkat pemroses sinyal
analog.
1. Konsep Dasar DAC (Digital To Analog Converter)
Rangkaian penjumlah op-amp (summing amplifier)
dapat digunakan untuk menyusun suatu konverter DAC (Digital To Analog Converter) dengan memakai sejumlah hambatan
masukan yang diberi bobot dalam deret biner.
a)
Penguat
Inverting
Rangkaian
untuk penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar dibawah. Penguat
ini memiliki ciri khusus yaitu sinyal keluaran memiliki beda fasa sebesar 180°.
Gambar 4. Penguat
inverting
Penguatan rangkaian penguat inverting adalah
berdasar pada persamaan berikut :
Vout = -Vin(R2/R1)
b)
Penguat
Non-Inverting
Penguat non-inverting memiliki ciri khusus
yaitu sinyal output adalah sefasa dengan sinyal masukan. Rangkaian ini ditunjukkan
oleh gambar berikut.
Gambar 5. Penguat non inverting
Penguatan dari rangkaian penguat jenis ini
adalah berdasar pada persamaan berikut,
Vout = Vin((R1+R2)/R1)
c) Penguat Penjumlah (Dasar DAC)
Penguat
penjumlah memiliki ciri khusus yaitu sinyal keluaran merupakan hasil penguatan
dari penjumlahan sinyal masukannya. Pada bagian ini dicontohkan penguat
penjumlah berdasarkan rangkaian penguat inverting. Sehingga sinyal keluaran
adalah berbeda fasa sebesar 180o. Rangkaian
penguat penjumlah merupakan konsep dasar dari rangkaian
DAC (Digital To Analog Converter).
Gambar 6. Penguat penjumlahan
Penguatan dari rangkaian ini dihitung
menggunakan persamaan berikut :
Vout = (-Vin1(R5/R1))+(-Vin2(R5/R2))+(-Vin3(R5/R3))
2. Proses DAC dengan rangkaian Binary-weighted DAC
Suatu rangkaian Binary-weighted
DAC dapat disusun dari beberapa Resistor dan Operational
Amplifier (Op-Amp) seperti gambar berikut.
Gambar 7. Rangkaian Binary
Weighted DAC
Penjelasan : Resistor 20 kΩ menjumlahkan arus yang
dihasilkan dari penutupan switch-switch D0 sampai D3. Resistor-resistor ini diberi skala nilai
sedemikian rupa sehingga memenuhi bobot biner (binary-weighted) dari arus yang selanjutnya akan
dijumlahkan oleh resistor 20 kΩ. Dengan menutup D0 menyebabkan
arus 50 μA mengalir melalui resistor 20 kΩ, menghasilkan tegangan -1 V pada Vout. Penutupan masing-masing switch menyebabkan
penggandaan nilai arus yang dihasilkan dari switch sebelumnya. Nilai konversi
dari kombinasi penutupan switch ditunjukkan pada tabel berikut.